Monday, October 18, 2010

YES…I’M STILL FIKOMER’S AND I’M PROUD OF THAT.


Waktu itu udara sangat panas sekali, rasanya kulit bisa terbakar bila berjalan di tempat itu. Semua orang nampak nya akan berpikir dua kali bila memang tidak terpaksa pergi ke tempat ini. Jauhh..Panas..dan lumayan gersang,ahh..tapi sudahlah lanjutkan saja perjalanan karena waktu sudah semakin petang. Sekeliling kulihat masih banyak pohon tinggi,semak belukar bahkan nampaknya semak-semak itu tak pernah di urus oleh pemiliknya karena memang terlihat sangat berantakan.Walau gedung-gedung berdiri tegak dengan gagahnya namun tetap saja tak menutup kesepian tempat ini.
            Yah..aku sekarang sudah sampai ditempat tujuan,disebuah tempat yang hanya terdiri dari 3 gedung saja,hah..ko Cuma 3? Katanya negeri ko Cuma 3 ya?. Tak henti mata ini melihat ke sekelilingnya yang masih sepi sekali,di depan hanya ada sebuah warung nasi dengan sedikit terhalang oleh seng yang disimpan berdiri,mungkin maksdunya untuk pagar.Waduhh..semakin aneh saja  tempat ini !. Tak lama kemudian ada yang menyapaku di pintu gerbang..” halloo…mahasiswa baru ya?” lalu aku jawab “iyah mbak…aku mo registrasi ulang…dmana ya tempatnya ?” lalu wanita itu mengarahkan telunjuknya “ itu…kamu masuk saja ke gedung itu…lalu nanti ada panitia ko dsana”.selesai mendapat petunjuk itu aku lalu segera bergegas ke tempat yang di maksud. Sesampainya dsana ada dua orang yang berdiri tegak dengan memakai jas biru tua,disebelah dada kirinya ada sebuah lambang yang bertuliskan “ UNIVERSITAS PADJADJARAN “,tak banyak berpikir langsung saja aku bertanya “maaf kang…saya mau registrasi ulang,tempatnya dsini bukan ya??” lalu si pria tersebut menjawab “ iyah betul sekali…nama kamu siapa,dan dari mana? “ seakan tak mau membuang waktu langsung ku jawab “ saya ganjar kang…saya dari bandung” kedua pria tadi tersenyum lalu mempersilahkan aku untuk duduk dan mengisi formulir yang telah disediakan.
            Hampir 30 menit aku mengisi formulir itu,sebuah penyataan identitas diri yang harus diisi dengan lengkap.” Oiya ganjar…nanti kamu ikut acara di kampus ya..” ungkap seorang panitia yang duduk di depanku,lalu ku jawab “ acara apa ya kang?,dia menjawab…” iya…nanti setelah penerimaan mahasiswa di Unpad pusat,kamu ikutan acara di kampus ini juga yaa…seru lo nanti kamu bisa ketemu banyak teman dsini”. Dengan muka masih heran aku meng-iyakan saja ajakan dari panitia itu. Setelah kubereskan semua aku segera pamit dengan tak lupa menanyakan kapan lagi harus ketempat ini,walau sangat malas karena jauh dan gersang tapi sudahlah karena memang aku harus mencari ilmu ditempat ini. Denga sedikit tergesa-gesa aku segera pergi meninggalkan tempat itu namun ada sedikit hal yang mencuri perhatianku,yaitu sebuah pita kecil berwarna hijau muda dan kuning yang terselip di jas panitia itu. Dalam pikirku…itu apa ya mksdnya? Tak habis disitu tiba-tiba aku dibuat heran juga dengan segerombolan orang yang sedang bernyanyi koor di sebuah lapangan kecil didepan gedung itu,hmm…sudahlah cepat pulang saja.Baru juga mau kluar gedung,tak sengaja aku melihat sebuah tulisan besar yang bagiannya dirangkai oleh sebuah lampu kecil berwarna, bertuliskan “Fakultas Ilmu komunikasi”.sejenak aku melihat tulisan itu lalu segera bergegas pulang.
            Hari-hari padat dan melelahkan aku ikuti selama masa orientasi itu. Terkadang aku sangat merasa stress dengan segala beban dan tugas yang diberikan namun harus bagaimana lagi karena bukan hanya aku sendiri yang mengalaminya tetapi setiap orang yang mau masuk ke tempat ini harus mengalami hal yang serupa. Banyak sekali kejadian dan peristiwa yang sangat mengesankan walau terkadang dibuat kesal dengan segala tingkah laku para senior yang menganggap dirinya paling benar, tapi banyak teman dan ilmu juga yang aku dapatkan dari mereka,sungguh aku sangat menghargai orang-orang yang telah lama tinggal ditempat ini. Suatu hari di hari masa orientasi itu aku bertemu dengan seorang senior yang tentu saja sangat menyebalkan,tau knapa? Karena sikap dia yang begitu mengesalkan,huh….rasanya pengen aku tonjok aja  mukanya yang sok pahlawan itu ,kemudian dia menegorku “ heii…maba,coba kamu sebutkan apa yang bisa kalian berikan untuk kampus ini ?!” semua anak di kelompok ku diam,tak ayal dia pun semakin mengeraskan suaranya “ woii…kamu denger gk sih saya nanya,dasar Kuya !!” serentak kami semua semakin tegang dengan ucapannya tersebut,akhirnya kuberanikan diri untuk menjawab “ saya mau jawab kang….saya akan ikut membangun kampus ini “ dengan mata terbelalak dia balik bertanya “ hah….maksud kamu, mo ikut ngebangun kampus ??,dasar goblok…kamu mahasiswa bukan kuli tolol ! “ semakin salah tingkah saja aku dibuatnya. Akhirnya dia menghampiri dengan tangan kanan nya memegang pundak ku “ hei bung…yang aku mau,kamu bisa bangga dengan tempat ini…kamu bisa memberikan yang terbaik untuk tempat ini…dan kamu juga bisa jadi kebanggaan bagi almamatermu..dan aku mau lihat salah satu dari kelompok ini…bisa datang lagi ke tempat ini lagi dengan kepala tegak. Setelah itu, dia segera pergi dengan sekali-kali menghisap rokok yang di selipkan di jari-jari tangannya.Aku masih sangat ingat peristiwa itu.
            Waktu semakin membawaku pada masa-masa yang cukup sulit,dimana aku harus berpikir untuk membereskan kuliah namun harus juga berpikir bagaimana cara mendapatkan uang tambahan,yaa maklumlah…ayahku cuma seorang pensiunan PNS, uang pensiunya pun tak sebanding dengan pengeluaran tiap bulan.Bismillah….mungkin kata-kata itulah yang selalu kusimpan rapat-rapat didalam hati dan aku selalu yakin kalau bisa melewati semuanya.
Masa-masa kuliah pada saat itu cukup memberikan warna ; bertemu dengan sahabat,mengenal orang-orang dari yang  miskin sampe yang kaya hingga setiap hari bisa melihat wanita-wanita cantik yang setiap hari selalu membuat mata segar.Hidup sungguh berwarna sekali pada saat itu.
            Lambat laun aku mulai mencari orang-orang yang memang bisa dibawa  berpikir ke depan,aku mulai mencari kegiatan di kampus yang bisa mengisi waktu luang atau sekedar menambah aktivitas.Ada beberapa organisasi yang aku ikuti,dari mulai yang sifatnya serius sampe yang cuma cari having fun…haha,tapi cukup asik…bisa mengenal mereka semua. Dan secara tidak sadar banyak ilmu dan pengalaman yang aku ambil dari itu,dari mulai acara yang gagal total sampe acara yang sukses besar,kami pernah melewatinya. Pujian,cibiran bahkan sindiran bukan hal lagi yang aneh.Tapi itu bukan jadi halangan karena selalu saja terpikir dalam otakku kalau aku ingin meninggalkan tempat ini dengan sesuatu yang bisa bermamfaat untuk generasi kelak,jadi bila suatu saat kembali ke tempat ini, aku bisa tersenyum melihat semuanya.
            Tak terasa beberapa tahun sudah terlewati,banyak hal yang terjadi dan semuanya memberikan pengalaman yang sangat berarti. Hingga akhirnya aku berhadapan dengan masa dimana semua mahasiswa yang ingin lulus pasti melewatinya,ya masa-masa skripsi. Masa yang sangat berat,seperti yang dijelaskan seblumnya,kondisi ekonomi lah yang sangat tidak memungkinkan.tapi ber bekal semangat dan dukungan semua orang,aku berusaha sekuat tenaga melewati semua. Rasanya saat itu bukan waktunya lagi aku memikirkan kegiatan-kegiatan yang selama ini aku buat walau terkadang ada kerinduan yang sangat dalam untuk bisa berkumpul lagi dengan teman-teman.
            Tiba waktunya aku harus berhadapan dengan orang-orang yang selama ini memberiku ilmu,yaa…para dosen. Rasanya ingin segera ku sudahi masa-masa itu karena memang sangat mebuatku tegang. Dan akhirnya sidang itu dimulai,pertanyaan-pertanyaan yang sangat menyerang rasanya tak pernah berhenti ditanyakan.Dan hasilnya ternyata sangat mengecewakan,ada salah satu dosen yang mengatakan kalau saat ini aku blom bisa lulus dikarenakan hasil yang sangat mengecewakan,yaa diakui pula memang saat itu aku tak terlalu maksimal. Namun karena beberapa pertimbangan akhirnya aku bisa lulus juga,walau dalam hati aku sangat malu dan kecewa karena mungkin aku lulus karena dibantu.Sungguh bukan saat-saat yang mudah pada saat itu,namun begitu besar niat dan semangatku untuk bisa membuktikannya di suatu saat nanti,kalau  hasil dari semua ini bukanlah sebuah patokan ke suksesan seseorang.
            Sekarang,sudah 11 tahun berlalu dimana aku pertama kali menginjakkan kaki ditempat itu.Semua banyak berubah,gedung,halaman dan semua hal yg berhubungan dengan tempat ini semuanya berubah.namun ada sedikit kekecewaan yang menghampiri,ta’kala melihat sebagian mahasiswa yang terlihat kurang begitu aktif dan peduli dengan kampus ini,tapi sudahlah…semua memang ada waktu nya dan tak bisa dibanding-bandingkan,biarkan mereka berjalan menurut jamannya sendiri tapi yang pasti semua kenangan,cerita dan semangat ditempat ini tak kan pernah berubah,masih tetap sama seperti dulu…kampus yang selalu bisa aku banggakan.
 Untuk itu, bila ada yang bertanya “ masih suka ke fikom nih ?? maka dengan bangga akan selalu aku jawab “ YES…I’M STILL FIKOMER’S AND I AM PROUD OF THAT ! “.


Sebuah renungan dan cerita masa lampau yang sangat berbekas,Selamat ulang tahun almamaterku tercinta !

FIKOM…FIKOM…FIKOM !!

+++  GaNjar Subagja, KOD 99058 +++

Read more...

Tuesday, August 17, 2010

PEPESAN KOSONG

....Semua terdengar memekakan telingaku

Suara itu terus mengejarku dalam kabut hitam
adakah yang lain bisa mendengar?
Ataukah diriku saja yang merasakannya
Sejak aku bertemu dengan wanita bermata biru
pikiranku layu  dan selalu membeku
lepas semua kendali tak menyiratkan sebuah arti...

Bukankah semuanya akan kembali mati ?
Seperti kepak sayap merpati putih
yang telah kehilangan arah untuk kembali
Dia berputar,mencari dan terus mencari
tanpa pernah dia dapati kehidupan sejati

Tuhan memberikan air suci
Alam memberiku persahabatan sejati
tapi semuanya berakhir dengan pedih
hingga titik pengharapan terakhir
semuanya kembali seperti dulu
saat mati tak mampu lagi berbagi
dengan kehidupan hakiki
dan Aku terdiam menunggu Mati...

(13 desember 2006)




Sejatinya aku berharap pada matahari
namun tetap kutemui jawaban yang sama
tak pernah terlintas apa yang sesungguhnya terjadi 
aku tak pernah mengerti
Ada yang telah hilang
Api yang dulu pernah memekakan telingaku
sudah tak pernah aku rasakan lagi
semua terbang dan menghilang
Aku butuh teman yang mampu mengerti
Aku kehilangan semuanya
hidup ini untuk siapa
bebas, dan terus  melepasdiri
Kini ku katakan
aku ingin seperti dulu lagi 

(09 November 2006)




Mendung yang mewakili pikiranku
berarak hitam menutupi langit
Deras mengalir Air mata ini
iringi hujan yang tak pernah berhenti

Ku sebut dalam hitungan waktu
hingga malaikat itu tak pernah mau tau
tak kudengar lagi suaramu
dia terdiam dalam lamunannya
membisuu..
langit ini tak membakar lagi 
hadir nya hanya sekedar mewakili bumi
tak kau lihat begitu mesranya dia memeluk matahari
di balik jendela tempat tinggal kita
terlukis semua cerita yang teramat panjang
bahkan sehelai benang pun tak mampu meng urutkan nya
hanya tinta hitam dan bercak kotor yang bisa mewakilkannya
lembaran kertas putih itu kini sudah tidak bersih lagi
dia sudah mati dengan abadi

(21 maret 2005)



Kerasnya roda mesin yang berputar
kencangnya Angin membawaku pulang
mengajakku untuk selalu membayangkan
kotaku yang telah lama menghilang
kutinggalkan demi sebuah angan
sambutlah diriku akan segera Pulang
menghabiskan hari-hari panjang
terasa selalu membuatku bosan
aku butuh sejenak untuk diam
kutinggalkan sejenak asa ini
untuk meraih mimpiku disini
sambutlah diriku akan segera pulang

..Santun mu kurindu
sejukmu ku tunggu
ku rindukan tentang semua itu
mungkinkah kau masih seperti yang dulu
jadi tempat diriku berlabuh
jadi tempat diriku berteduh
aku luluh..

(12 April 2003)



Malam melukis rupamu
menggores senyummu yang indah
biduk pun menatap syahdu
nikmati elok mu yang bersinar
pancarkan sebuah kedamaian
sejenak aku pun terhanyut
diam tak bertumpu
padamu...ohh sungguh kepadamu
dan bila hatiku bicara untuk semenit saja
sudikah ku kecup lembut bibir mu ?

Sanjunglah aku di hatimu
rebahkan aku dalam ragamu
perlahan kan kau temui
kehangatan yang tak bertepi
di suasana yang sunyi ini
Sang Kekasih...

(17 November 2001)


Selamat pagi teman-teman  
saya bernyanyi luapkan isi hati
selamat siang tuan dan nyonya
jangan pernah merasa bosan

Sekedar untuk hidup
penuhi keinginan,untuk jadi seniman
kami hanya bernyanyi
menghibur setiap hari
berharap sudi tuan memberi

Selamat sore pak Polisi
ijinkan kami mencari hidup di jalan
dan selamat malam lampu kota yang mulai padam
cukup sudah kami habiskan waktu
tuk sekedar menyambung hidup

Esok kami kembali
habiskan waktu lagi
mencari makan di perjalanan
inilah hidup yang harus dijalani
Agar hidup kami terus berarti..

(08 Oktober 2001)



kelamnya awan disana
yang bergerak perlahan
menyisir mendung kelabu
menutupi langit
Aku disini merangkul sepi
berharap semua akan berakhir
Putik bunga bersedih
melewati hari-hari
dan tak sempat nikmati
cerahnya mentari
masihkah ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertianku memehami
semua yang terjadi
Apa yang tersembunyi di sudut hati

(22 Maret 2002)


Sunyi adalah malam didalam kesepian
matanya yang tajam,mengamati hari yang berlalu
mungkinkah keraguan akan menyelimut imalam ini

Engkau tak perlu takut wahai kekasihku
sebab bintang-bintang akan tetap bersinar
menyelubungi rahasia-rahasia kita
berdua..

Berikan Pujian
Biarkan gairah melambai
seperti diriku yang jatuh cinta padamu
Tidak kah kau sadari
mata waktu yang berputar
terbaring di dalam tidur panjang

(14 mei 2000)





Read more...

Monday, August 16, 2010

SOMETHING STUPID


Read more...

Sunday, August 15, 2010

PERSIB....JANJI UNTUK SEBUAH KEHORMATAN.



“ Jung maju maung Bandung…Prak tandang muga sing menang..tong ringrang tong hariwang..eleh-meunang kudu sacara satria “
“( Majulah maung bandung..segeralah bermain dan semoga menang…jangan ragu jangan bimbang..kalah-menang harus secara ksatria)
(Lagu Kang Ibing pada final kompetisi perserikatan 1990,disiarkan di TVRI Jakarta).
Persib adalah Bandung..dan Bandung adalah Persib,rasanya dua kata itu tak pernah bisa dipisahkan, Persib sudah menjadi ikon untuk Bandung pada khususnya dan jawa-barat pada umumnya.Persib seperti sudah menjadi “Agama” bagi sebagian pendukung fanatisnya,Persib mampu menarik ratusan bahkan ribuan orang untuk datang ke stadion tanpa perlu di komando.Yaa…Persib mampu menjadi virus pemersatu bagi masyarakat bandung dan jawa barat. lalu mengapa mereka begitu semangat mendukung Persib?,mengapa mereka mau meluangkan waktu hanya untuk melihat Persib bermain?,mari lihat sejenak sepenggal kisah ku berikut ini :
Pada saat itu usia ku baru 10 tahun, usia  yang sebenarnya belom terlalu faham apa arti dari pertandingan bola . Waktu itu rumah penuh sekali dengan orang yang hendak menonton televise.Tetangga,sodara bahkan orang yang tak kenal pun bisa ikut menonton juga.Tak lupa bapak siap dengan secangkir kopinya,kakaku siap dengan kacang tanahnya dan tak lupa ibu selalu menyiapkan makanan ringan lainnya. Semua bersiap untuk menyaksikan pertandingan bola di televisi,sekilas muka mereka tampak cemas memperhatikan.Maklumlah ini pertandingan cukup crusial karena memang mempertemukan dua tim besar yaitu “Persib Bandung vs Persebaya surabaya” 2 tim yang bisa dikatakan musuh bebuyutan.
Akhirnya pluit awal pertandingan ditiup maka dimulailah ketegangan pada waktu itu semua mata tampak begtu serius memperhatikan pertandingan,sesekali mereka bersorak atau menumpahkan kekesalan dengan ekspresi yang sangat menggelikan;ada yang melempar kacang ke layar tv,ada yang dengan sengaja memukul badan orang yang ada di depannya dan ada juga yg berjingkrak namun kain sarungnya kedodoran hingga akhirnya melorot…haha,itulah kelucuan pada waktu itu.
45 menit waktu telah berjalan namun kedua tim belum ada juga yang bisa membuat gol maka yang muncul adalah celetukan-celetukan dari para penonton yang mengharapkan gol segera terjadi.Dan setelah wasit memberikan waktu istrahat,maka 45 menit kedua pun dimulai dan kali ini nampak penonton semakin serius memperhatikan pertandingan, senda dan gurau pun berubah menjadi senyap karena nampaknya mereka tak ingin melewatkan moment yang menegangkan tersebut.
Akhirnya moment yang diharapkan pun datang juga,berawal dari umpan silang seorang pemain sayap maka dengan mudah striker di depan mampu menyundul bola dengan tepat dan diarahkan ke pojok kiri atas gawang…yang tentu saja hal ini tidak bisa diraih oleh kipper lawan…1-0…PERSIB MEMIMPIN !.Tak ayal riuh tepuk tangan dan lompatan kegirangan penonton pun tak mampu dibendung lagi,mereka berjingkrak,tertawa dan melompat sesuka hati…ramai sekali waktu itu.Ternyata keriuhan itu tak berhenti sampai disitu,15 menit kemudian pemain tengah kembali mampu menciptakan gol kedua,tak dibendung lagi maka kemeriahan itu pun semakin bertambah dan rasanya rumah itu sudah berubah menjadi stadion sepakbola,karena penuh dan ramainya sekali pada waktu itu.Akhirnya wasit pun meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir,maka berakhirlah sudah ketegangan selama pertandingan dan semua berubah menjadi tawa,tangis dan keharuan, akhirnya kota Bandung bisa berbangga hati setelah merebut gelar juara tahun itu, setelah sebelumnya selalu dipegang oleh kota lain….YAH…PERSIB JUARA KOMPETISI TAHUN 1990 !.

                Riuh gemuruh masyarakat bandung-jawa barat menyambut kedatangan sang pahlawan dari medan perang..Semua kendaraan disiapkan untuk menyambut dan mengiringi tim rombongan persib,jalan di sterilkan,sebagian tempat usaha diberi waktu 15 menit untuk keluar kantor dan menyaksikan iring-iringan tim kebanggaan kota bandung itu,anak sekolah lebih memilih berada di pinggir jalan untuk menyambut langsung.Tak lupa,ibu-ibu,tua,muda bahkan balita pun sengaja dibawa orang tua nya untuk melihat moment itu…dan saat Bus Persib Memasuki dalam kota…dengan serentak semua warganya melambaikan tangan seakan ingin mengucapkan terima kasih karena telah membawa harum nama kota ini…pemain pun nampaknya sangat bangga berada di atas kendaraan itu dan tak henti mereka membalas lambaian tangan itu dengan senyuman yg lebar,mereka tak henti juga berkata “HIDUP PERSIB !!”.
                Di sudut sisi jalan itu aku berdiri dengan tangan digandeng bapak,dia pun larut dalam kebahagiaan itu…Dia tersenyum…tangannya selalu dikepalkan ke atas.aku sangat memperhatikan bapak .lalu dengan polosnya aku bertanya : “ Pak..Persib itu siapa?” bapak tersenyum,lalu menggendong ku di pelukannya sambil arah tangan nya menunjuk rombongan yang sedang lewat “ jang..persib teh tim kabanggaan Kota bandung..salaku warga bandung urang kudu ngadukung..sabab persib te geus jadi jati diri warga bandung..persib bandung mawa ngaran urang bandung…jaga,hidep ge kudu bisa ngajaga kahormatan persib bandung…(nak..persib itu tim kebanggan kota bandung..selaku warga bandung kita harus mendukung…sebab persib telah menjadi jati diri warga bandung…persib bandung membawa nama baik orang bandung…suatu saat nanti,engkau pun harus menjaga kehormatan nama persib bandung).
Itulah sepenggal cerita yang menjelaskan mengapa banyak orang  begitu mencintai tim ini,secara tidak langsung kecintaan ini selalu diturunkan turun temurun…dan tentu saja menjadi tanggung jawab generasi selanjutnya untuk menjaga kehormatan ini. (160810)



KAMI BIRU

KAMI PUTIH

KAMI PERSIB...



Read more...

Thursday, August 12, 2010

TITIP RINDU BUAT AYAH



…tapi kerinduan…tinggal hanya kerinduan,anakmu sekarang banyak menanggung beban…”
(Ebiet G.Ade)

Muda..kekar dan tangguh mungkin itu adalah gambaran dirimu saat ku lihat sebingkai foto yang selalu tergantung di tembok rumah. Banyak cerita yang kudengar,banyak hal yang diajarkan,dan banyak hal yang dikenalkan saat kita dulu masih memahami arti kasih sayang. Pantasnya dulu tak secuil pun waktu kita lewatkan atau hanya sekedar berbicara panjang tentang bagaimana menjadi seorang lelaki..masih ku ingat hentakan keras suaramu “ jadilah laki-laki yang tangguh…jujur,dan bertanggung jawab karena sesungguhnya hidupmu akan jauh lebih berat di banding perempuan “.
            Memang engkau bukanlah yang terbaik,tapi engkau telah mengajarkan bagaimana menjadi sesuatu yang baik. Urutan kisah lalu mengajarkan bahwa tak pernah ada sepeser uang yang kau berikan dari hasil yang kotor,engkau memilih membantu,menolong tanpa harus berharap balas jasa…itu juga yang kau ajarkan pada kami semua.
            Ayah…engkau begitu mampu menunjukan kepekaan,tanggung jawab mu pada keluarga,engkau begitu menyayangi semua hingga apa yang kau lakukan terkadang bisa membahayakan diri mu sendiri…dan engkau selalu tak pernah mau mendengar….engkau tak pernah mau mengerti….dan engkau selalu tak peduli…karna itu akhirnya kita selalu berbeda.
            Hingga datang satu masa dimana semua tak bisa dibendung lagi..Aku berdiri,membantah,menunjuk dan melawan…aku tak peduli siapa engkau…tangan-tangan ibu yang penuh kasih pun akhirnya memisahkan kita. Semuanya kuanggap sudah berakhir…tak ada lagi yang bisa mendengar ataupun sekedar memahami…Aku pergi !
            Angin malam menjadi hal yang akrab bagiku,bising kendaraan dan riuhnya jalan menjadi sahabat sejati ku…Ku belajar memahami perjalanan itu dengan mencari nya sendiri.Hempasan dan kerasnya hantaman luar begitu terasa dalam perjalan itu...berusaha mencari sendiri tanpa harus berbagi..Aku harus bisa !

            Saat kembali dari perjalanan yang panjang itu , tak pernah ku hiraukan lagi semua.. sosok muda..kekar dan tangguh itu pun telah berubah menjadi tua..layu….dan lemah.Engkau tetap berusaha menjadi seorang Ayah yang kuat…walau raga mu tak mungkin lagi bertahan.

Saat sapaanmu terakhir kali, aku memilih untuk tidak melihat wajahmu..TUHAN…hukumlah aku karna dosaku itu dan katakan padanya…Aku sangat menyesalinya ..”(140410).

Read more...

Wednesday, August 11, 2010

WORKING CLASS HERO OF JOHN LENNON


BIOGRAPHY
If John Lennon had only been one of the four members of the Beatles, his artistic immortality would already have been assured. The so-called "smart Beatle," he brought a penetrating intelligence and a stinging wit both to the band's music and its self-presentation. But in such songs as "Strawberry Fields Forever," "Norwegian Wood (This Bird Has Flown)," "Rain" and "In My Life," he also marshaled gorgeous melodies to evoke a sophisticated, dreamlike world-weariness well beyond his years. Such work suggested not merely a profound musical and literary sensibility - a genius, in short -- but a vision of life that was simultaneously reflective, utopian and poignantly realistic.
While in the Beatles, Lennon displayed an outspokenness that immersed the band in controversy and helped redefine the rules of acceptable behavior for rock stars. He famously remarked in 1965 that the Beatles were "more popular than Jesus" - a statement that was more an observation than a boast, but that resulted in the band's records being burned and removed from radio station playlists in the U.S. He criticized America's involvement in Vietnam, and, as the Sixties progressed, he became an increasingly important symbol of the burgeoning counterculture.

But it was only after the breakup of the Beatles in 1970 that the figure the world now recognizes as "John Lennon" truly came into being. Whether he was engaging in social activism; giving long, passionate interviews that, once again, broadened the nature of public discourse for artists; defining a new life as a self-described "househusband;" or writing and recording songs, Lennon came to view his life as a work of art in which every act shimmered with potential meaning for the world at large. It was a Messianic attitude, to be sure, but one that was tempered by an innate inclusiveness and generosity. If he saw himself as larger than life, he also yearned for a world in which his ego managed at once to absorb everyone else and dissolve all differences among people, leaving a Zen-like tranquility and calm. "You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one," he sang in "Imagine," which has become his best-known song and an international anthem of peace. "I hope someday you'll join us, and the world will live as one."
Such imagery, coupled with the tragedy of his murder in 1980, has often led to Lennon's being sentimentalized as a gentle prince of peace gazing off into the distance at an Eden only he could see. In fact, he was a far more complex and difficult person, which, in part, accounts for the world's endless fascination with him. Plastic Ono Band (1970), the first solo album he made after leaving the Beatles, alternates songs that are so emotionally raw that to this day they are difficult to listen to with songs of extraordinary beauty and simplicity. Gripped by his immersion in primal-scream therapy, which encouraged its practitioners to re-experience their most profound psychic injuries, Lennon sought in such songs as "Mother" and "God" to confront and strip away the traumas that had afflicted his life since childhood.

And those traumas were considerable. Lennon's mother, Julia, drifted in and out of his life during his childhood in Liverpool - he was raised by Julia's sister Mimi and Mimi's husband, George - and then died in a car accident when Lennon was seventeen. His father was similarly absent, essentially walking out on the family when John was an infant. He disappeared for good when Lennon was five, only to return after his son had become famous as a member of the Beatles. Consequently, Lennon struggled with fears of abandonment his entire life. When he repeatedly cries, "Mama, don't go/Daddy come home," in "Mother," it's less a performance than a scarifying brand of therapeutic performance art. And in that regard, as well as many others, it revealed the influence of Yoko Ono, whom Lennon had married in 1969, leaving his first wife, Cynthia, and their son Julian in order to do so.

The minimalist sound of Plastic Ono Band was significant too. Lennon had come to associate the elaborate musical arrangements of much of the Beatles' later work with Paul McCartney and George Martin, and he consciously set out to purge those elements from his own work. Co-producing with Ono and the legendary Phil Spector, he built a sonic environment that could not have been more basic - guitar, bass, drums, the occasional piano -- whatever was essential and absolutely nothing more. Lyrically, he turned away from the psychedelic flights and Joycean wordplay of such songs as "I Am the Walrus" and "Lucy in the Sky With Diamonds" - as well as his books, In His Own Write and A Spaniard in the Works -- and toward a style in which unadorned, elemental speech gathered poetic force through its very directness.

On his next album, Imagine (1971), Lennon felt confident enough to reintroduce some melodic elements reminiscent of the Beatles into his songs. Working again with Ono and Spector, he retains the eloquent plainspokenness of Plastic Ono Band, but allows textural elements such as strings, to create more of a sense of beauty. The album's title track alone ensured its historical importance; it is a call to idealism that has provided solace and inspiration at every moment of social and humanitarian crisis since it was written.

From there Lennon turned to a style that was a sort of journalistic agit-prop. Sometime In New York City (1972) is as outward-looking and blunt as Imagine was, for the most part, soft-focused and otherworldly. As its title suggests, the album reflects Lennon's immersion in the drama and noise of the city to which he had moved with Yoko Ono. And as its cover art suggests, the album is something like a newspaper - a report from the radical frontlines on the political upheavals of the day. His activism would create enormous problems for Lennon, however. The Nixon administration, paranoid about the possibility that a former Beatle might become a potent leader and recruiting tool of the anti-war movement, attempted to have Lennon deported. Years of legal battles ensued before Lennon finally was awarded his green card in 1976.

Lennon's political struggles unfortunately found their match in his personal life. He and Ono split up in the fall of 1973, shortly before the release of his album, Mind Games. He moved to Los Angeles and later described the eighteen months he spent separated from Ono as his "lost weekend," a period of wild indulgence and artistic drift. Like Mind Games, the albums he made during this period, Walls and Bridges (1974) and Rock N Roll (1975), are the expressions of a major artist seeking, with mixed results, to recover his voice. None of them lack charm, and their high points include the lovely title track of Mind Games; Walls and Bridges' "Whatever Gets You Through the Night," a rollicking duet with Elton John that gave Lennon his first number-one single as a solo artist; and the sweet nostalgia of Rock N Roll, a covers album that was Lennon's tribute to the musical pioneers of his youth. But none of those albums rank among his greatest work.

In 1975, Lennon reunited with Ono, and their son Sean was born later that year. For the next five years, Lennon withdrew from public life, and his family became his focus. Then, in 1980, he and Ono returned to the studio to work on Double Fantasy, a hymn to their life together with Sean. The couple was plotting a full-fledged comeback - doing major interviews to support the album's release, recording new songs for a follow-up, planning a tour. Then, shockingly, Lennon was shot to death outside the apartment building where he and Ono lived on the night of December 8, 1980.

Lennon's death broke hearts around the world. In the U.S., it recalled nothing so much as the assassination of John Kennedy in 1963, an event for which, ironically, the arrival of the Beatles a few months later had provided a welcome tonic. In the twenty-five years since, Lennon's influence and symbolic importance have only grown. His music, of course, will live forever. But he has survived primarily as a restless voice of change and independent thought. He is an enemy of the status quo, a bundle of contradictions who insisted on a world in which all the various elements of his personality could find free, untrammeled expression. Innumerable times since his death Lennon has been sorely missed. And just as many times and more he has been present - evoked by all of us who find ourselves and each other in the music he made and the vision that he articulated and tried to make real.
-- Anthony DeCurtis

 
History
October 9, 1940 - As sirens wailed during a German Luftwaffe attack, John Lennon is born at Oxford Street Maternity Hospital in Liverpool, England to Julia Stanley and Alfred Lennon.

1956 - John's mother buys him a guitar. He forms his first group, the Quarrymen, with pals Pete Shotton, Nigel Whalley, and Ivan Vaughan.

July 6, 1957 - John meets Paul McCartney at the Woolton Parish Church in Liverpool during a performance by the Quarrymen.

1958 - John writes his first song, "Hello Little Girl," which is later recorded by the Beatles at their 1962 audition for Decca Records.

July 15, 1958 - John's mother is killed while crossing the road by an off-duty policeman.

1960 - In his final year of art school in Liverpool, John forms a group with Paul, George, and Stu Sutcliffe.

August 1960 - Pete Best joins The Silver Beetles as drummer for their six week residency at a strip bar in Hamburg. Stu eventually leaves the group, and Paul takes over on bass.

January 1961 - The Beatles debut at the Cavern Club, Liverpool.

January 24, 1962 - The Beatles agree verbally to be managed by Brian Epstein

June 4, 1962 - George Martin signs The Beatles to Parlophone EMI.

August 23, 1962 - John marries Cynthia Powell as news hits the press that Brian Epstein has fired Pete Best.

February 1963 - The Beatles begin their first U.K. tour. They take one night off to record the album Please Please Me in one session.

April 8, 1963 - John Charles Julian Lennon is born to Cynthia and John at Sefton General Hospital, in Liverpool.

August 3, 1963 - After almost three hundred performances at the venue, The Beatles play their farewell show at the Cavern Club.

February 7, 1964 - The Beatles embark on their first US tour.

February 9 and 16, 1964 - The Beatles headline twice on the "Ed Sullivan Show."

March 1964 - With "Can't Buy Me Love" topping the charts both in Britain and America, shooting begins on the Beatles' first feature film, A Hard Day's Night.

April 1964 - John's first book of stories and poems, In His Own Write, is published.

August 1964 - After touring Austrailia, The Beatles visit the U.S. for a 32-day tour. Bob Dylan introduces them to marijuana.

January 1965 - John composes "Help!"

Spring 1965 - A friend of George Harrison's secretly spikes coffee with LSD, sending John, his wife Cynthia, George, and Patti Boyd on their first LSD trip.

June 1965 - John's second book, A Spaniard In The Works, is published.

July 29, 1965 - Help! premieres in London's West End.

August 1965 - The Beatles visit Elvis Presley at his home. Elvis refers to each of them as "Beatle," not knowing their individual names.

December 3, 1965 - Rubber Soul is released.

June 20, 1966 - The American album Yesterday and Today is released with the infamous "butcher cover." It was later recalled after complaints.

August 5, 1966 - Revolver is released.

August 29, 1966 - After major difficulties on the road, including death threats, The Beatles perform their final concert at Candlestick Park in San Francisco. They are now solely a studio group.

November 1966 - Yoko Ono and John Lennon meet at Indica Gallery in London.

February 1967 - John and Paul receive the Song of the Year Grammy� Award for "Michelle."

June 1, 1967 - Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band is released.

September 1967 - John writes "I Am the Walrus."

November 27, 1967 - Magical Mystery Tour is released in America.

February 1968 - George convinces The Beatles to visit the Maharashi in India.

August 22, 1968 - Cynthia files for divorce. Paul soon writes "Hey Jude" to comfort Julian.

November 11, 1968 - John and Yoko's first of three experimental albums is released. The cover of Two Virgins is a photograph of the couple standing naked.

November 22, 1968 - The Beatles [The White Album] is released.

January 13, 1969 - Yellow Submarine is released.

January 30, 1969 - The Beatles perform together as a group for the final time on the roof of the Apple building, during the filming of Let It Be.

March 20, 1969 - John and Yoko marry in Gibraltar.

May 26, 1969 - Life with the Lions, the second experimental collaboration between John and Yoko, is released.

September 1969 - Lennon releases the single "Cold Turkey," about his heroin withdrawl.

September 26, 1969 - Abbey Road is released.

October 20, 1969 - Wedding Album is released.

December 12, 1969 - Lennon's impromptu concert in Toronto with Eric Clapton assisting on guitar is released as Live Peace in Toronto, 1969.

December 11, 1970 - Plastic Ono Band is released.

May 8, 1970 - Let It Be is released.

September 3, 1971 - John leaves the U.K. for New York, never to return.

September 9, 1971 - The album Imagine is released.

June 12, 1972 - John and Yoko release the more mainstream Sometime in New York City/Live Jam.

October 1973 - John travels to Los Angeles, later calling his eighteen-month separation from Yoko his "lost weekend."

November 2, 1973 - John releases the album Mind Games.

September 26, 1974 - Sessions from the "lost weekend" are released as Walls and Bridges.

February 17, 1975 - Rock 'N' Roll is released.

October 5, 1975 - U.S. Court of Appeal overturns John's deportation order, granting him residency.

October 9, 1975 - Sean Taro Ono Lennon is born at New York Hospital on John's thirty-fifth birthday.

November 17, 1980 - The Double Fantasy album is released.

December 8, 1980 - Returning home from the studio, John Lennon is assassinated while walking toward the entryway of his building.

The Murder of John Lennon: Mark David Chapman's Statement
Then this morning I went to the bookstore and bought The Catcher in the Rye. I'm sure the large part of me is Holden Caulfield, who is the main person in the book. The small part of me must be the Devil.
I went to the building. It's called the Dakota. I stayed there until he came out and asked him to sign my album. At that point my big part won and I wanted to go back to my hotel, but I couldn't. I waited until he came back. He came in a car. Yoko walked past first and I said hello, I didn't want to hurt her.
John Lennon
Then John came and looked at me and printed me. I took the gun from my coat pocket and fired at him. I can't believe I could do that. I just stood there clutching the book. I didn't want to run away. I don't know what happened to the gun. I remember Jose kicking it away. Jose was crying and telling me to please leave. I felt so sorry for Jose. Then the police came and told me to put my hands on the wall and cuffed me.
— Statement of Mark David Chapman to police at 1 a.m., Dec. 9, 1980, three hours after the murder of John Lennon.
And I will not appeal any decision you have. If it's a decision to keep me here in the prison, I will not appeal it, and I never will. I'd like the opportunity to apologize to Mrs. Lennon. I've thought about what it's like in her mind to be there that night, to see the blood, to hear the screams, to be up all night with the Beatle music playing through her apartment window.
And there's something else I want to say. I feel that I see John Lennon now not as a celebrity. I did then. I saw him as a cardboard cutout on an album cover. I was very young and stupid, and you get caught up in the media and the records and the music. And now I I've come to grips with the fact that John Lennon was a person. This has nothing to do with being a Beatle or a celebrity or famous. He was breathing, and I knocked him right off his feet, and I don't feel because of that I have any right to be standing on my feet here, you know, asking for anything. I don't have a leg to stand on because I took his right out from under him, and he bled to death. And I'm sorry that ever occurred.
And I want to talk about Mrs. Lennon again. I can't imagine her pain. I can't feel it. I've tried to think about what it would be like if somebody harmed my family, and there's just no way to make up for that, and if I have to stay in prison the rest of my life for that one person's pain, everybody else to the side for a second, just that one person's pain, I will.
Again, I'm not saying these things for for you to give me any kind of consideration for letting me go. I'm saying that because they are real, and it happened to me, and I felt her pain then, and I can honestly say I didn't want to feel it up until then. It's a horrible thing to, you know, realize what you've done.}






Read more...

Follow me

About Me

My photo
Bandung, West java, Indonesia
kekayaan ku adalah hasil karya ku.

Text

  ©Template by Dicas Blogger.